Ketum Kadin Anindya Soroti Dampak Perang Dagang pada Ekonomi Global

Ketum Kadin Anindya Soroti Dampak Perang Dagang pada Ekonomi Global

16 Januari 2025

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie, mengungkapkan keprihatinannya terhadap dampak perang dagang yang terus berlangsung antara negara-negara besar terhadap perekonomian global. Dalam acara diskusi ekonomi yang digelar di Jakarta, Anindya menyoroti bagaimana ketegangan perdagangan internasional memengaruhi stabilitas pasar dan peluang investasi, termasuk di Indonesia.

Ketegangan yang Berlangsung Lama

Menurut Anindya, perang dagang antara Amerika Serikat dan China, yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir, menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi dinamika perdagangan global.

“Ketegangan ini tidak hanya berdampak pada kedua negara, tetapi juga menciptakan ketidakpastian di pasar global. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, perlu waspada terhadap efek domino yang ditimbulkan,” ujarnya.

Anindya menjelaskan bahwa perang dagang telah menyebabkan terganggunya rantai pasok global, fluktuasi harga komoditas, dan penurunan permintaan ekspor dari negara berkembang.

Dampak pada Indonesia

Sebagai negara dengan ekonomi terbuka, Indonesia turut merasakan dampak dari ketegangan perdagangan internasional. Beberapa sektor utama yang terpengaruh antara lain:

  1. Ekspor Komoditas
    Penurunan permintaan dari China dan AS berdampak langsung pada ekspor komoditas Indonesia seperti batu bara, minyak kelapa sawit, dan nikel.
  2. Investasi Asing
    Ketidakpastian global membuat banyak investor menahan diri untuk menanamkan modal, yang dapat memengaruhi target pertumbuhan ekonomi nasional.
  3. Rantai Pasok
    Gangguan pada rantai pasok global akibat perang dagang menciptakan hambatan bagi sektor manufaktur dalam mendapatkan bahan baku dengan harga yang stabil.

“Indonesia harus cepat beradaptasi dengan mencari pasar baru dan memperkuat daya saing produk lokal untuk menghadapi tantangan ini,” tambah Anindya.

Peluang di Tengah Ketegangan

Meski demikian, Anindya juga melihat peluang bagi Indonesia di tengah situasi ini. Dengan meningkatnya kebutuhan diversifikasi rantai pasok global, Indonesia dapat memanfaatkan posisinya sebagai negara dengan pasar yang besar dan sumber daya alam melimpah.

“Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat manufaktur baru di Asia Tenggara. Dengan kebijakan yang tepat, kita bisa menarik lebih banyak investasi yang mengalihkan fokus dari China,” jelasnya.

Beberapa langkah yang direkomendasikan oleh Anindya untuk memanfaatkan peluang ini meliputi:

  • Peningkatan Infrastruktur: Mempercepat pengembangan infrastruktur logistik untuk mendukung ekspor dan investasi.
  • Insentif Investasi: Memberikan insentif bagi perusahaan asing yang ingin memindahkan operasi mereka ke Indonesia.
  • Penguatan Perdagangan Regional: Memanfaatkan perjanjian dagang seperti RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) untuk memperluas akses pasar.

Kolaborasi untuk Mengatasi Tantangan

Anindya menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan komunitas internasional untuk mengatasi dampak perang dagang. Ia juga mengapresiasi langkah pemerintah dalam memperkuat kebijakan ekonomi, seperti penyederhanaan perizinan dan insentif fiskal.

“Dunia usaha dan pemerintah harus berjalan seiring untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan di tengah ketidakpastian global,” katanya.

Kesimpulan

Perang dagang antara negara-negara besar memang membawa tantangan besar bagi perekonomian global, termasuk Indonesia. Namun, dengan strategi yang tepat dan kolaborasi yang erat, Indonesia memiliki peluang untuk memperkuat posisinya dalam perdagangan internasional.

Ketum Kadin Anindya Bakrie berharap bahwa melalui kebijakan yang adaptif dan inovatif, Indonesia tidak hanya mampu menghadapi dampak negatif perang dagang, tetapi juga meraih keuntungan di tengah ketegangan global. “Krisis selalu membawa peluang, dan tugas kita adalah memanfaatkannya,” pungkasnya.