21 Januari 2025
Saham sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia mengalami lonjakan signifikan pada perdagangan hari ini, menyusul keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Keputusan ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tengah kondisi global yang menantang.
Dampak Langsung di Pasar
Indeks sektor perbankan mencatat kenaikan sebesar 2,5 persen, dengan saham-saham unggulan seperti Bank Mandiri (BMRI), BRI (BBRI), dan BCA (BBCA) menjadi motor penggerak. Saham Bank Mandiri, misalnya, naik sebesar 3,2 persen ke level Rp6.750, sedangkan BRI dan BCA masing-masing mencatat kenaikan sebesar 2,8 persen dan 2,5 persen.
“Koreksi suku bunga ini meningkatkan optimisme pasar terhadap peningkatan permintaan kredit dan ekspansi bisnis di sektor perbankan,” ujar Indra Setiawan, analis pasar dari Mandiri Sekuritas.
Keputusan BI dan Dampaknya
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengumumkan penurunan suku bunga acuan menjadi 5,00 persen pada rapat dewan gubernur yang berlangsung kemarin. Langkah ini diambil untuk mempercepat pemulihan ekonomi domestik dan menjaga stabilitas pasar keuangan.
“Penurunan suku bunga ini diharapkan dapat menurunkan biaya pinjaman bagi dunia usaha, meningkatkan konsumsi, dan memperkuat daya beli masyarakat,” ujar Perry dalam konferensi pers.
Suku bunga yang lebih rendah diperkirakan akan mendorong permintaan kredit, terutama di sektor properti, manufaktur, dan usaha mikro kecil menengah (UMKM), yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia.
Sentimen Positif dari Investor
Investor menyambut baik kebijakan BI, dengan banyak yang memprediksi bahwa langkah ini akan memberikan keuntungan besar bagi sektor perbankan. Penurunan suku bunga akan memperbesar margin bunga bersih (NIM) perbankan, sekaligus meningkatkan volume kredit.
“Ini adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi di saham perbankan, mengingat proyeksi kenaikan laba bersih bank dalam beberapa kuartal ke depan,” kata Rina Widyastuti, kepala riset di BCA Sekuritas.
Tantangan yang Perlu Diwaspadai
Meskipun ada sentimen positif, beberapa analis mengingatkan bahwa perbankan masih harus menghadapi tantangan, seperti potensi meningkatnya risiko kredit macet (NPL) seiring dengan percepatan penyaluran kredit.
“Perbankan harus tetap berhati-hati dalam menyalurkan kredit, terutama di sektor yang berisiko tinggi. Selain itu, inflasi yang belum sepenuhnya stabil juga perlu diantisipasi,” ujar Haryanto Susilo, ekonom dari Universitas Indonesia.
Prospek ke Depan
Dengan kebijakan suku bunga yang lebih rendah, sektor perbankan diharapkan dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Proyeksi pertumbuhan kredit diperkirakan meningkat menjadi 8-10 persen pada tahun 2025, naik dari 6 persen tahun lalu.
“Perbankan berada dalam posisi strategis untuk memanfaatkan momentum ini. Kebijakan BI memberikan landasan yang kuat untuk ekspansi kredit dan peningkatan laba,” tutup Indra.
Penutup
Kenaikan saham perbankan setelah penurunan suku bunga acuan menunjukkan optimisme pasar terhadap prospek sektor keuangan. Dengan dukungan kebijakan moneter yang lebih akomodatif, sektor perbankan diharapkan dapat berkontribusi lebih besar dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Semua mata kini tertuju pada bagaimana perbankan memanfaatkan peluang ini dalam beberapa bulan ke depan.