24 Februari 2025
Pemerintah Ukraina menolak membayar utang sebesar USD 365 miliar atau sekitar Rp5.705 triliun yang diberikan oleh Amerika Serikat selama konflik dengan Rusia. Pemerintah Ukraina menganggap bantuan tersebut sebagai hibah, bukan pinjaman yang harus dikembalikan.
Ukraina Klaim Dana sebagai Bantuan, Bukan Utang
Menurut pernyataan pejabat tinggi Ukraina, dana yang diberikan oleh AS selama perang dimaksudkan sebagai bantuan militer dan kemanusiaan, bukan pinjaman yang harus dilunasi. Pihak Ukraina menekankan bahwa negara mereka telah berjuang mempertahankan demokrasi dan stabilitas Eropa, sehingga dukungan dari negara-negara Barat seharusnya bersifat tanpa syarat.
Di sisi lain, beberapa anggota Kongres AS menuntut kejelasan terkait status dana tersebut. Mereka menegaskan bahwa sebagian besar bantuan yang diberikan memiliki komponen pinjaman, sehingga Ukraina tetap memiliki kewajiban untuk membayar kembali sesuai perjanjian awal.
Respons Amerika Serikat terhadap Penolakan Ukraina
Penolakan Ukraina ini menuai reaksi beragam dari pemerintah dan politisi AS. Beberapa pihak menganggap keputusan Ukraina sebagai bentuk ketidakhormatan terhadap komitmen finansial, sementara yang lain memahami situasi sulit yang dihadapi negara tersebut pascaperang.
Sejumlah analis politik menilai bahwa keputusan ini bisa mempengaruhi hubungan diplomatik antara kedua negara di masa depan. Jika AS tetap bersikeras meminta pembayaran, ada kemungkinan Ukraina mencari dukungan lebih besar dari Uni Eropa dan negara-negara lain untuk mengurangi ketergantungannya pada Washington.
Kesimpulan
Keputusan Ukraina menolak membayar utang Rp5.705 triliun ke AS dengan alasan bahwa itu merupakan hibah dapat berdampak pada hubungan kedua negara. Di tengah perdebatan ini, nasib dukungan ekonomi dan politik bagi Ukraina masih menjadi perhatian utama, terutama dalam menjaga stabilitas pascaperang.